Zaman Pra-Aksara

Zaman Pra-Aksara

Dahulu istilah prasejarah lebih populer untuk menjelaskan periode kehidupan manusia belum mengenal tulisan. Namun, sekarang dalam buku Sejarah Indonesiakurikulum 2013 lebih memilih praaksara. Alasannya,  manusia pada masa sebelum mengenal tulisan sudah meninggalkan sejarah dalam bentuk tradisi lisan berupa dongeng, cerita rakyat. Bangsa kita justru hidup lebih lama dalam tadisi lisan dibandingkan tradisi tulisan. Bangsa kita mengenal tulisan pada abad ke-IV masehi, yaitu sejak ditemukannya yupa dari Kerajaan Kutai.

Zaman praaksara adalah periode yang panjang sekali. Zaman praaksara akan juga  membahas evolusi bumi hingga manusia ada. Praaksara secara geologi terdiri menjadi empat periode.

Pertama, azoikum. Zaman ini diperkirakan terjadi 4,5 milyar tahun lalu, yaitu dimulai terbentuknya tata surya dan bumi.

Kedua, paleozoikum. Zaman ini diperkirakan terjadi ratusan juta tahun lalu dan dihuni kehidupan mahkluk mikroskopis dan tumbuhan konifer.

Ketiga, mesozoikum. Zaman ini diperkirakan terjadi puluhan juta tahun. Zaman ini dibagi lagi menjadi tiga periode. Periode trias, jura, kreta. Pada periode jura hewan dinosaurus muncul dan berkembang biak dalam jumlah besar. Ada beberapa teori yang menjelaskan kepunahan dinosaurus. Dinosaurus punah karena ada sejumlah meteor yang jatuh ke bumi. Diperkirakan terdapat meteor berdiameter sepuluh kilometer yang menghantam bumi.

Hal itu menimbulkan abu vulkanik yang meluas sehingga sinar matahari terhalang. Tumbuhan yang menjadi makanan hewan-hewan besar tersebut akhirnya tidak dapat berfotosintesis. Kemudian, dinosaurus dan hewan-hewan besar lainnya akhirnya mengalami kepunahan. Teori lainnya mengatakan bahwa dinosaurus tidak menghirup oksigen, tetapi karbon dioksida. Karena suhu bumi mulai hangat, sejumlah tumbuhan yang dapat berfotosintesis bermunculan. Lalu, lambat laun dinosaurus punah karena jumlah oksigen lebih banyak ketimbang karbon dioksida.

Keempat, neozoikum. Zaman ini dibagi dua, yaitu zaman tersier dan kuarter. Pada zaman kuater dibagi dua periode lagi, yaitu pleistosen dan holosen. Spesies Homo sapiens (manusia cerdas) hidup pada periode holosen.

Masa praaksara di Nusantara dibagi menjadi beberapa bagian menurut perkembangan teknologinya. Berikut ini penjelasannya:

1.Masa paleolitikum

Pada masa ini manusia masih berburu dan mengumpulkan makanan. Manusia pada masa ini masih sangat mengandalkan alam sekitar dalam memenuhi kebtuhuan hidupnya sehingga mereka masih nomaden (berpindah). Manusia pendukung budaya ini adalah Pithecanthropus Erectus dan Homo wajakensis. Jenis perkakasnya, yaitu kapak perimbas yang digunakan untuk mengorek umbi-umbian dari dalam tanah. Manusia purba yang primitif adalah Meganthropus paleojavanicusyang ditemukan oleh Von Koningswald di wilayah Sangiran (sebuah desa di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah) pada tahun 1939.

2.Masa mesolitikum

Peralatan hidup pada masa ini lebih beragam, yaitu kapak gengam, alat serpih, kapak Sumatera, flakes atau alat yang terbuat dari tulang. Kehidupan masyarakatnya mulai semi nomaden. Mereka tinggal di gua-gua tau pinggir pantai. Kebudayaan gua tersebut akhirnya meninggalkan kjokkenmodinger atau sampah dapur yang merupakan timbunan kerang ribuan tahun yang telah membatu. Manusia pada zaman ini telah mengenal kepercayaan berupa penyembahan terhadap hewan tertentu yang berkekuatan magis (totemisme).

3.Masa neolitikum

Manusia pada zaman ini sudah mulai hidup menetap (sedenter) karena sudah mengenal bercocok tanam. Pendukung budaya ini adalah manusia modern atau Homo sapiens. Manusia pada zaman ini sudah mengenal api karena mereka hidup dengan sitem ladang berpindah—membuka ladang dengan membakar hutan. Peralatan mereka sudah mulai halus, yaitu kapak lonjong. Mereka juga sudah mengenal kepercayaan yang sederhana seperti kepercayaan terhadap roh nenek moyang (animisme) dan kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap keramat (dinamisme), kepercayaan terhadap segala sesuatu yang dianggap berkekuatan magis (pantheisme). Mereka juga telah mengenal perlatan dari tanah liat (gerabah). Pada masa ini juga berkembang tradisi megalitik, manusia membuat bangunan-bangunan besar untuk pemujaan kepada nenek moyang, antara lain: menhir (tugu batu), dolmen (meja batu), sarkofagus (peti batu), waruga (peti kubur batu), punden berundak.

4.Masa perundagian (logam)

Pada masa perundagian atau pertukangan telah ditemukan logam shingga peralatan terbuat dari logam. Nusantara hanya mengalami dua zaman, yaitu zaman besi dan zaman perunggu, sedangkan Eropa mengalami tiga zaman logam, yaitu ditambah zaman tembaga. Peralatan yang dibua sudah canggih. Perkakas dan benda-benda yang banyak ditemukan di Nusantara adalah yang terbuat dari perunggu. Selain membuat perkakas seperti kapak corong yang terbuat dari perunggu, mereka juga membuat genderang perunggu (nekara) untuk keperluan upacara keagamaan. Nekara Pejeng banyak ditemukan di desa Manuba, Bali. Nekara Selayar banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti, sleayar, dan di  kepualauan Kei. Di kepulauan Alor, NTT juga ditemukan nekara berukuran kecil (moko). Teknik pembuatan logam pada waktu itu dengan dua cara. Pertama, a cire perdue (lilin hilang). Kedua, bivalve (setangkup) dengan cetakan dari batu tua kayu.Namun, kebudayaan logam sebenarnya tidak asli dari kebudayaan nenek moyang kita. Kebudyaan logam itu datang dari Dongson—daerah di dekat teluk Tonkin di daerah Vietnam sekarang.

Meskipun peradaban kita tampak kelihatan tertinggal bila dibandingkan dengan Eropa, kita memiliki peradaban bahari yang dapat dibanggakan.

Tinggalkan komentar